15 - Shalat Yang Wujudkan Impian

| Rabu, 17 Desember 2008
Jadikan Salat sebagai Penolong
Apakah shalat yang khusyuk dapat ujudkan impian-impian kita? Belum tentu. Pengaruh kekhusyukan itu cenderung berlaku terhadap segi-segi spiritual belaka, sedangkan impian kita ada kalanya bersifat material. Shalat yang mampu ujudkan impian-impian kita adalah shalat yang smart atau cerdas. (Shalat yang khusyuk adalah bagian dari shalat yang cerdas.)
Impian yang mana? Segala impian yang realistis, bukan angan-angan hampa. Untuk contoh di sini, impian mendapatkan pekerjaan yang mapan seperti pada diri Iwan.
Siagakan Pelaku Shalat
Dalam evaluasinya, Iwan memperhatikan bahwa dirinya telah menjadi pribadi yang kurang gaul. Sampai sebelum terkena PHK, waktunya habis untuk bekerja di kantor dan beristirahat di rumah. Tahun demi tahun berlalu, tanpa terasa, Iwan menjadi semakin jauh dari para kerabat, relasi, dan teman-temannya.
Berdasarkan evaluasi tersebut, saya sarankan Iwan mendirikan shalat yang melejitkan kecerdasan sosial dan sekaligus bertujuan mengingat bahwa Allah itu Maha “Pemberi” Rezeki. Langkah awalnya:
· Menanyai ustadz: Apa makna “Maha ‘Pemberi’ Rezeki”?
· Mencari tahu: Manakah masjid atau mushalla “terdekat” (terjangkau) yang jamaahnya memiliki perusahaan atau bekerja di perusahaan yang membutuhkan kelihaian Iwan?
Mantapkan Wujud Shalat
Melalui shalat jamaah, Iwan dapat menunjukkan kemauan dan kemampuannya dalam bekerja sama dengan orang lain sebaik-baiknya. Agar wujud shalat jamaahnya itu mantap dalam melejitkan kecerdasan sosialnya, Iwan perlu menerapkan kiat-kiat jitu, antara lain:
· Ketika Anda memasuki atau keluar dari masjid atau mushalla, jangan menginjak-injak alas kaki orang lain. Kalau terpaksa menginjak-injak, lepaskan dulu alas kaki Anda dan bersihkan dulu telapak kaki Anda.
· Ketika berdiri membentuk shaf (barisan) shalat jamaah, jangan melanggar batas shaf yang ditentukan oleh pengurus masjid/mushalla.
· Bila menjadi imam, perhatikanlah keadaan makmum. Bila diantara mereka terdapat orang yang berfisik lemah atau tampaknya sedang berada dalam keadaan terburu-buru, maka jangan memperlama shalat.
Arungi Makna Shalat
Wujud shalat yang mantap, tidak asal-asalan, memungkinkan kita untuk lebih memaknai shalat kita. Bagaimanapun, ucapan dan gerakan kita dalam shalat bukanlah aktivitas hampa yang tak bermakna. Tinggal kita sendiri, mau memaknainya secara rinci ataukah tidak.
Caranya, umpamanya:
· Ketika mandi dan berwudhu, renungkan perbedaan sikap para jamaah antara terhadap sesama jamaah yang bershalat dalam keadaan bersih dan terhadap sesama jamaah yang bershalat dalam keadaan kotor;
· Ketika merasakan bahwa Anda sedang menghadap Ka’bah, pikirkan makna “bersama-sama menghadap satu qiblat yang sama”;
· Seusai bertakbir, renungkan hubungan antara kebesaran Allah dalam ‘memberi’ rezeki dan besarnya rezeki yang didapatkan oleh orang-orang yang tingkat kecerdasan sosialnya tinggi.
Rengkuh Jiwa Shalat
Supaya makna-makna shalat yang kita arungi itu lebih efektif, kita perlu menghayatinya. Saat inilah kehadiran hati mengambil peran. Umpamanya:
· Rasakanlah betapa nikmatnya menggunakan rezeki yang berupa busana yang sedang Anda pakai untuk bershalat;
· Bayangkanlah bagaimana jika Anda tidak menutup aurat, sehingga tidak bisa bershalat, apalagi secara berjamaah;
· Hayatilah bagaimana Allah ‘memberi’ berbagai rezeki dengan cara yang berlainan kepada orang-orang yang berjamaah bersama Anda;
· Hayatilah betapa orang-orang lain yang berjamaah bersama Anda pun membutuhkan rezeki, yang perantaranya mungkin adalah kelihaian Anda dalam bekerja untuk/bersama mereka.
Tebarkan Hikmah Shalat
Dari empat “langkah besar” terdahulu (Siagakan pelaku shalat, Mantapkan wujud shalat, Arungi makna shalat, Rengkuh jiwa shalat), melejitlah kecerdasan kita. Hanya saja, kecerdasan ini sia-sia belaka bila kita tidak menerapkannya.
Supaya kecerdasan itu lebih melekat pada diri Anda dan benar-benar menjadikan shalat sebagai penolong Anda, maka Anda perlu menerapkannya sesegera mungkin, seluas mungkin, dan sesering mungkin.
Contohnya:
· Dengan menyadari bahwa Allah ‘memberi’ rezeki yang cenderung besar kepada orang-orang yang luas pergaulannya, luaskanlah pergaulan Anda di luar shalat;
· Dengan memperhatikan bahwa tujuan shalat Anda adalah mengingat bahwa Allah itu Maha ‘Pemberi’ Rezeki, sering-seringlah menunjukkan kepada Allah di luar shalat bahwa Anda sungguh-sungguh mengharapkan rezeki-Nya, yaitu dengan mengusahakan berbagai ikhtiar secerdas-cerdasnya.
Dengan menjalankan saran-saran semacam itu, insya’Allah terwujudlah impian Anda (pada saat yang tepat).

Tidak ada komentar: