Malulah Pada Air

| Minggu, 21 Desember 2008
Gemercik air, Tampak agak keruh. Maklum, hutan gundul, ditebang secara liar. Humus tak berfungsi, Serapan air lemah, Guyuran hujan mengikis kulit tanah sehingga air sungai keruh. Aliran air sungai memantulkan suara cukup keras, Air marah? Mungkin karena ekosistem rusak.
Meski begitu, air tidak mengenal putus asa, ia terus bergerak, berjalan menuju laut. Di sana air "mensucikan diri". Semua lumpur, kotoran, dan sampah dicuci sehingga suci kembali, Atas bantuan matahari air naik menjadi mendung, dan akhirnya menyapa bumi kembali. Begitulah, air tidak pernah istirahat, tidak kenal capek, dan tidak pernah tidur, Semua bergerak dinamis. Air mengetahui apa saja yang dilakukan manusia siang dan malam hari.
Air adalah saksi kehidupan. la merasa senang ketika ada orang berwudlu tengah malam. Dirinya merasa bermanfaat karena dipakai manusia untuk mendekat pada Tuhan. Airlah yang besok bercerita kepada Yang Maha Kuasa bahwa si Fulan menggunakan dirinya untuk bersuci lalu berdiri, rukuk, sujud dan duduk bersimpuh. Air merasa senang karena "berjasa" kepada seseorang dalam melakukan kebaikan.
Air juga yang akan bercerita kepada Tuhan tentang si Fulan yang menggunakan dirinya untuk maksiat. la tahu persis apa yang dilakukan manusia di hotel, di tempat prostitusi, atau tempat lain, Air pun menangis sejadi-jadinya karena merasa ikut "berjasa" membantu orang maksiat membersihkan diri. Tugas air juga sebagai pengingat atas perilaku manusia yang keterlaluan. Musibah Bahorok di Sumatera, misalnya salah satu contoh jika air berbicara. la tahu tempat itu bukan sekedar orbyek wisata tetapi di hotel sekitarnya selalu jadi tempat maksiat. Air mengingatkan manusia kealpaannya. Maka digelontorlah perkampungan, rumah, dan aset lain. Secepat kilat ratusan jiwa jadi korban, Musibah Tsunami, adalah cara Allah mengingatkan hambaNya lewat air.
Begitu pula di Gunung Kemukus, Jawa Tengah. Air membongkar tebing dan menghempaskannya ke bawah sehingga perkampungan berantakan. Mengapa? Di kawasan ini biasa digunakan ajang fair sesama pendatang yang ngalap berkah. Naudzu billahi mindzalik, Air tidak rela, lalu menghajar perkampungan itu, Umat Nabi Nuh dalam catatan sejarah yang tidak perlu ditiru, Perilakunya selalu bergelimang dosa. Mereka tidak hanya mencemooh kebenaran, tetapi juga menantang Tuhan.
Akhirnya air bah menjawab semua tantangan warga yang kufur nikmat. Bisa dibayangkan jika air ngambek, tidak mau turun, manusia bingung, Kemarau panjang itu merepotkan, Shalat istisqoh minta hujan ungkapan butuh air. Allah pernah menolak do'a Nabi Musa dan umatnya yang meminta hujan. Keluarkan dulu orang yang sombong dari jamaahmu baru nanti Aku kabulkan permintaanmu, begitu firman Allah. Jadi, lengah, sombong, ingkar, anarkis, dan brutal terhadap hutan bisa menyebabkan air marah.
Perilaku baik buruk, berpahala dan dosa, selalu diketahui air sebab manusia selalu menghapus jejak jeleknya dengan air, Begitu pula menuju ke sorga juga menggunakan air. Maka, malulah kepada air jika berbuat dosa. Kalau kepada air saja kita harus malu, bagaimana halnya terhadap Pencipta air? Kalau kita perhatikan ada gedung bertingkat, kokoh, dan tegar. Jangan lupa, besi, batu, pasir, dan semen, belum bisa berfungsi jika tidak ada air, Air lah yang membentuk bangunan kokoh, air mempererat bahan baku menjadi beton kuat, Meski air lembut namun menyebabkan tegaknya bangunan raksasa. Jangan anggap enteng sifat air. Di balik kelembutannya mampu membentuk bangunan tegar. Dibalik kelembutannya punya potensi menggelontor bangunan bahkan menjebol apa saja yang dilewatinya. Ada baiknya kita tiru sifat air: Lemah lembut tetapi menyimpan kekuatan dahsyat. la mampu menakhlukkan dunia. Acap kali sifat lemah lembut mengalahkan meriam. Senyum sifat lembut menurut Nabi Muhammad saw adalah ibadah, Maka, ada baiknya kita hiasi dunia ini dengan senyum, baik di arena politik, ekonomi, sosial, budaya dan Hankam.
Mengadopsi sifat air yang lemah lembut melahirkan pesona menakjubkan. Orang terhipnotis sifat ini. Sebaliknya sikap kasar, keras dan anarkis tidak mampu menakhlukkan hati, Justru orang lain berontak. Orang iman selalu melihat dosa seperti bukit yang berada di atas dirinya, seolah mau jatuh menimpanya. Orang ini selalu waspada, takut, dan memohon pertolongan kepada-Nya. Orang kafir sebaliknya, melihat dosa seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya. Menurutnya, lalat tadi bisa dihalau dengan mudah sehingga tenang saja meski selalu ada "lalat" lain yang datang hinggap dalam kehidupan orang tersebut. Upaya kita, membenahi diri agar tidak berlama-lama dalam kubangan hina. kita bersihkan noda dan dosa dengan taubat. Kita lempar jauh-jauh kesombongan jiwa Sebab diri ini tidak layak menyombongkan diri. Kesombongan hanya menipu diri sendiri. Maka, tidak ada lain sikap kita kecuali memohon kepada pemilik kehidupan ini agar kelak, di saat nazak lisan kita mengucapkan kalimat toyyibah agar kita langsung dihantar menuju tempat damai abadi di sisi-Nya, Amien.
Arsiduta n22 Desember 2008, di lab komputer

Tidak ada komentar: